Di teras yang sama aku berdiri
Menunggu datangnya sebuah isyarat
Dimanakah pesan itu tersembunyi? Aku tidak dapat menangkapnya.
Mataku tak henti berdelik
Otakku tak henti berdialektik
Aku senantiasa menjaga kesadaranku
Walau mereka tak henti menghardikku
Aku pikir ini hanya sekedar ulasan
Sama seperti halnya tahun lalu
Tak ada tendensi apapun akan hal itu
Namun aku tetap saja menunggu meski itu ragu.
Aku hampir saja terlempar di hempas fatamorgana yang terus menyelimuti hati
Tapi aku tetap meyakinkan diriku kalu pesan itu benar adanya
Sebab angin tak pernah berbohong
Dan air takkan pernah ingkari janjinya
Apalagi tanah yang senantiasa setia meski terinjak,
Aku semakin tenang ketika sesosok keindahan menghampiri dan mememelukku dengan erat,,
Lantas Ia berkata “janganlah takut dan jangan bersedih, sesungguhnya ia benar adanya, ketika kebenaran itu ada, maka benarlah adanya, dan bersiaplah untuk menyambut kedatangannya”
Aku hanya terdiam, Hatiku terkunci, dan bumipun terhenti
Tak ada dealektika, tak ada retorika
“mengalirlah sepertihalnya air yang turun dari pegunungan menuju lautan”
Demikianlah pesan itu datang padaku
Tak enyah aku terhempas kedalam kesadaran
Ya, dia akan datang dan tidak akan berbohong,
Dalam mimpi aku dibaringkan, dalam kesadaran aku disiapkan
Kicauan burung, sorak para perajurit, dan deru ombak seketia meng-Ada
Dengan seketika aku berada diatas tanah yang subur adanya,
aku hanya tertegun lalu bergumam
“Inilah pesan itu, ia datang dengan kemenangan
Puji pada realitas tertinggi, karena ia benar adanya”
Tapi, satu lagi yang aku minta
“tolong bekali aku dengan cahaya, karena ia akan membawaku kepada kesaksian”
No comments:
Post a Comment